PSBI Angkat Keunggulan Lokal Bali

13-03-2019 / KOMISI XI
Wakil Ketua Komsi XI DPR RI Achmad Hafisz Tohir saat memimpin pertemuan Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XI DPR RI dengan Kepala Perwakilan BI Bali di Denpasar. Foto: Husen/rni

 

 

Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) di Provinsi Bali sangat diapresiasi karena telah mengangkat potensi keunggulan lokal. Produk kopi, bawang putih, cabe, dan kain tenun jadi salah satu komoditas yang dibina lewat PSBI. Wakil Ketua Komsi XI DPR RI Achmad Hafisz Tohir mengresiasi PSBI yang dijalankan Kantor Perwakilan BI Provinsi Bali.

 

“Saya lihat ada beberapa keunggulan lokal yang diangkat oleh BI menjadi bernilai jual tinggi. Bila PSBI ini ditujukan untuk menanggulangi inflasi, maka di sini terjawab," tegas Hafisz yang ditemui usai memimpin pertemuan Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XI DPR RI dengan Kepala Perwakilan BI Bali di Denpasar, Selasa (12/2/2018).

 

Upaya yang telah dilakukan BI di Bali merupakan aksi nyata untuk menghidupkan ekonomi rakyat. Ketika ekonomi rakyat bergeliat, neraca pembayaran dan defisit nasional juga bisa teratasi. PSBI di Bali cukup berhasil. Dalam pertemuan itu dipamerkan pula hasil produk binaan PSBI. Ada bawang putih dan cabai yang produknya bisa menyaingi komoditas ekspor. 

 

Hafisz melihat, cabai di Bali tidak kalah dengan Thailand. Cabainya lebih pedas dan berisi. Begitu juga bawang putihnya begitu besar menyaingi bawang putih ekspor dari Thailand. Tak kalah pula kopi Bali yang sangat kaya. Semua ini jadi keunggulan Bali yang berhasil diekspos oleh BI. "Saya harap ini terus dilakukan BI tidak hanya di Bali tapi juga di prrovinsi-provinsi lain yang punya keunggulan lokal dan bernilai jual tinggi,” harapnya.

 

Lebih jauh legislator dapil Sumsel I itu menyatakan, PSBI harus berekspansi melihat komoditas lainnya yang belum tersentuh. Sebut saja karet di Pulau Sumatera yang sangat kaya. Bahkan, karet Indonesia terbesar di dunia. Pesaingnya justru dari dua negara ASEAN, yaitu Malaysia dan Thailand. Selain karet, produk tenun Nusantara juga sejauh ini belum tersentuh PSBI.

 

Kain tenun Indonesia selalu diincar pasar negara-negara barat, karena punya nilai seni tinggi dan berbeda dengan alat tenun mesin. Tenun tradisional Indonesia punya nilai artistik. Harga jualnya juga lebih tinggi daripada produk pabrikan. “Kalau di Palembang ada kain songket. Ini bisa dijual 100 dolar per helai. Padahal modalnya hanya Rp 400 ribu. Kalau ini terus kita genjot bisa menambah devisa dan mengatasi defisit keuangan,” kilah politisi PAN ini. (mh/sf)

BERITA TERKAIT
Lonjakan Kenaikan PBB-P2 Dampak Pemangkasan DAU dan Tuntutan Kemandirian Fiskal
18-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi XI DPR RI Amin Ak menyoroti lonjakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)...
Pidato Ambisius Presiden Harus Menjadi Nyata, Realistis, Terukur, dan Berpihak kepada Rakyat Kecil
18-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Hanif Dhakiri mengatakan, pihaknya mendukung penuh target ekonomi Presiden Prabowo 2026...
Ekonomi Global Tak Menentu, Muhidin Optimistis Indonesia Kuat
15-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Makassar - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa ketidakpastian ekonomi global yang utamanya dipicu konflik di berbagai belahan dunia,...
BI Harus Gencar Sosialisasi Payment ID Demi Hindari Misinformasi Publik
14-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Balikpapan — Peluncuran Payment ID sebagai identitas tunggal transaksi digital terus disorot. Meskipun batal diluncurkan pada 17 Agustus 2025...